Ah, semua telah berubah. pikiranku terbang entah kemana. mengobrol semaleman dengan teman lama membuat kepalaku pusing. Namun semangat dan cita-cita yang mulai pudar terajut kembali seiring pembicaraan berlangsung.
Bukan lah hal yang mustahil lagi terbang ke angkasa, berbicara antar pulau, antar negara, antar benua bahkan antar planet pun telah di lakukan. Tapi kenapa aku masih disini, terdiam sepi dalam kotak 3x4 meter. Begitu berat ketika di tanya dia "bagaimana kalau memulai semuanya dari sumbawa?".
Ironis memang. sudut sempit dalam pikiranku selalu menekan untuk melaju pada arah yang tidak konsisten. sebuah alur yang belum mempunyai rima indah untuk dapat di jadikan sebuah modal besar dalam menentukan titik lompatan.
Teringat sebuah kata-kata hebat yang telah di ucapkan seorang teman masa kecil. sekarang dia sedang menjalankan usaha bersama dengan kakak yang berdomisili di Kudus, Jawa tengah. "Ketika saya dapat berhasil di daerah ku sendiri, pasti saya pun dapat melakukannya di daerah orang lain" dengan rasa percaya diri yang sangat besar, kata-kata itu keluar dari mulutnya. Kata yang sederhana tapi terkandung makna yang sangat besar.
"Kecewa pada keadaan bukanlah sebuah alasan untuk menyerah". Itu lah yang berada dalam benakku sekarang. Terkadang ketika sudut sempit tidak dapat dilalui, menghancurkan tidak selalu menjadi jalan keluarnya. Sedikit berpikir dan lihat dari sisi yang lain, tentukan pijakan awal, evaluasi road map yang direncanakan, ulangi lagi hingga di dapatkan pijakan yang sempurnya. Semakin cepat iterasi dilakukan. semakin cepat mendapatkan yang di harapkan.
Kapan tanda tanya besar itu mendapatkan jawaban. Semuanya tidak akan terjawab kecuali di MULAI DARI SEKARANG. Janganlah lagi mimpi itu terganjal sesuatu yang tidak bisa di kontrol.
"Hidup itu indah kawan, jangan kau sesali." Cukup lakukan yang terbaik, berdoa dengan yakin bahwa Allah itu hebat diatas segala-galanya.
renungan tanpa rima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar